Thursday, March 12, 2009

Batubara

Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut.

Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.

Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat - coklatan.

Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’.

Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Produksi Batubara di Indonesia
Produksi batubara Indonesia selama 10 (sepuluh) tahun terakhir menunjukkan peningkatan produksi yang signifikan dan pada tahun 2003 telah mencapai 112 juta ton. Diproyeksikan pada tahun 2004 produksi batubara akan meningkat menjadi sebesar 135 juta ton.
Sebagian besar dari produksi tersebut (67,5%) digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke berbagai negara terutama di kawasan Asia Pasifik, seperti Jepang Taiwan, Korea dan negara-negara ASEAN. Sisanya sebesar 31 juta ton (32,5%) digunakan untuk keperluan di dalam negeri antara lain untuk pembangkit listrik, pabrik semen, industri pulp (bubur kertas), dan lainnya. Kontribusi batubara di dalam energy mix saat ini masih sangat terbatas, yaitu baru sekitar 13% dari total pemakaian energi dalam negeri, dimana pemakaian terbesar masih didominasi oleh industri ketenagalistrikan (khususnya PLTU) yang mencapai 20 juta ton, diikuti oleh industri semen sebesar 4,2 juta ton dan industri lainnya sebesar 1,1 juta ton.
Pertumbuhan konsumsi batubara Indonesia rata-rata meningkat sebesar 9% per tahun dan diharapkan akan semakin meningkat dengan naiknya kontribusi batubara di dalam energy mix untuk mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini cadangannya semakin menipis serta untuk optimalisasi pendapatan relatif dari migas bagi kelangsungan pembangunan. Namun, pengembangan pemanfaatan batubara dalam negeri masih terkendala dengan keterbatasan infrastruktur pendukung terutama dalam hal transportasi dan distribusi. Disamping itu, harga jual batubara dalam negeri yang lebih rendah dibandingkan harga di pasar internasional menyebabkan produsen batubara lebih menyukai pasar luar negeri dibandingkan pasar dalam negeri (Tirasonjaya, 2004).
Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992, produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton.

Pemanfaatan Batubara

Batubara pada masa mendatang mempunyai prospek yang cerah sebagai bahan bakar alternatif. Hal ini ditandai dengan makin terbatasnya bahan bakar minyak maupun gas di samping makin berkembangnya sektor industri dalam skala besar, menengah dan kecil.
Pada masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah, di lain pihak harga bahan bakar minyak (BBM) yang tetap tinggi, menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara.
Secara umum batubara di Indonesia telah dimanfaatkan dalam beberapa sektor vital dalam roda perekonomian negara, khususnya dalam bidang industri. Batubara digunakan sebagai sumber energi dalam hal ini berfungsi sebagai bahan bakar diantaranya dalam PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), industri semen, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, dan industri lainnya (Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2006).

No comments:

Post a Comment